"Tak bermakna bila masa silam aku teruk dan kelam, aku tak punya masa depan yang cerah lagi ohsem"
Dengan pedang tersisip di pinggangnya dia pergi dengan penuh bersemangat mencari Nabi Muhammad. Perjalanan untuk memburu dan membunuh Nabi Muhammad. Itulah Umar. Bertemu dengan Nu'aim bin Abdillah, lalu:
"Lebih baik engkau kembali ke rumahmu perbaikilah isi rumah mu terlebih dahulu; tidakkah engkau tahu iparmu Said bin Zaid dan saudaramu Fatimah sudah masuk Islam menjadi pengikut Muhammad?”
Darahnya menggelagak dan mukanya merah padam marah bercampur malu, lantas langsung pulang bergegas-gegas untuk menemui adiknya Fatimah yang kebetulan sedang belajar Al-Qur'an.
Surah Thoha, Ayat 1-6, pelembut hati Umar.
Subhanallah, hidayah itu hadiah terindah buatnya, dialah insan yang sangat kasih kepada Baginda Rasulullah SAW! :')
*jangan menghukum seseorang dari masa silamnya. masa silamnya mungkin teruk, tapi siapa tahu, dia bakal pejuang Islam? :') masa depannya mungkin lebih ohsem dari kita ni? —
2 comments:
yup...saya setuju dengan ayat tu...kita semua berhak untuk berubah...
Buktinya Saidina Umar yg panas baran diembutkan....
Post a Comment